
Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan
Muhammad 1
Échec de l'ajout au panier.
Échec de l'ajout à la liste d'envies.
Échec de la suppression de la liste d’envies.
Échec du suivi du balado
Ne plus suivre le balado a échoué
Acheter pour 7,88 $
Aucun mode de paiement valide enregistré.
Nous sommes désolés. Nous ne pouvons vendre ce titre avec ce mode de paiement
-
Narrateur(s):
-
Triyuh Hendra
-
Auteur(s):
-
Tasaro GK
À propos de cet audio
"Jadi, dia telah wafat?"
"Aku bahkan rasanya masih tidak percaya."
"Berarti sia-sia apa yang kujalani selama bertahun-tahun ini. Aku tidak akan pernah menemuinya."
Dua laki-laki menjadi siluet berlatar belakang langit sore yang oranye. Kashva melipat kaki dengan tatapan memancang bumi. Putus asa. Sang Pemindai Surga sedang tidak bahagia. Cukup lama sampai memejam kemudian. Ketika matanya terbuka, tampaklah tatapan yang memancarkan keteguhan, ketabahan, dan kematangan. Seolah-olah, pengalaman hidup menyiapkan dirinya untuk selalu siap menjawab setiap pertanyaan.
Kini, wajahnya tampak pasrah ketika jubahnya menyapu tanah. Menyamakan warna di antara keduanya. Ujung-ujung rambut sebahunya berkali-kali diayun angin gurun.
Bar Nasha, lelaki kedua, berdiri dengan kepala mendongak. Lelaki muda yang tengah tak biasa kesan wajahnya. Tersenyum dengan cara yang sungguh aneh. Senyum yang tidak gembira.
Kashva menoleh, sedikit mendongak, mencari wajah kawan seperjalanannya, "Beberapa tahun ini, apa saja yang sudah kulewatkan?" Senyumnya mengambang.
Bar membalas tatapannya, "Segala kisah yang melahirkan sebuah peradaban besar. Sesuatu yang akan terus ditulis hingga ribuan tahun ke depan." Dua mata Bar seolah melebar, menambah kesungguhan pada kalimatnya. Mata itu seperti milik anak-anak. Lugu tanpa pengalaman yang cukup.
Kashva melirik. Bukan itu maksudku, Bar Nasha.
"Begitu rupa?"
"Engkau menghilang bertahun-tahun, Kawan. Banyak yang telah terjadi."
Please note: This audiobook is in Indonesian.
©2022 Storyside (P)2022 Storyside